Selamat Datang

Blog orang muda moi berbicara

Senin, 05 Oktober 2015

YEGEK, KONSERVASI TRADISIONAL SUKU MOI

Potensi pariwisata Kampung Malaumkarta, Distrik Makbon, Kabupaten Sorong, cukup menjanjikan. Letak geografis Kampung Malaumkarta yang cukup strategis menjanjikan sektor pariwisata, misalnya pertukaran burung Camar dan Kelelawar di pulau Um sebagai simbol penjaga kehidupan terang dan gelap. Selain itu ada Goa Kalabus yang dekat dengan perkampungan juga menyimpan harta bernilai ekonomi (sarang walet) milik marga Mobalen sebagai Pemilik Tanah Adat. Air terjun


Klagowon yang cocok untuk permandian, dan enam persebaran terumbu karang yang cocok untuk snorkeling dan diving. Ada juga  tempat tontonan ikan duyung (dugong), Tugu Injil kristen Protestan (gospel memorial) di Swatolo (nama Malaumkarta jaman dulu) sebagai icon religi. Di dalam laut terdapat rangka pesawat tempur jepang (war world II aircraft). Di kampung Malaumkarta pengunjung  juga  dapat melihat kehidupan tradisional suku Moi (tarian, lagu, anyaman) dll.
Potensi Perikanan di Kampung Malaumkarta cukup menjanjikan dengan adanya inisiatif masyarakat Kampung Malaumkarta mencanangkan konservasi tradisional, dalam bahasa Moi dise but “Yegek” atau biasa dikenal oleh masyarakat pesisir Indonesia timur dengan sasi. Dengan sistem tradisional inilah masyarakat mampu menjaga potensi alamnya sendiri misalnya melakukan perlindungan terhadap : udang Lobster, Teripang, Penyu, Ikan Duyung (dugong), Lola, Ikan Mami.   Mereka juga melakukan pengawasan terhadap pola tangkap yang merusak ekosistem laut, seperti melarang untuk mengunakan pukat/jaring, Potasium, Bom dan bahan kimia lain yang merusak.

Masyarakat kampung Malaumkarta memperbolehkan penangkapan ikan untuk konsumsi rumah tangga dan dijual dengan  cara yang sederhana dan ramah lingkungan, misalanya menggunakan nelon pancing, menyelam dengan cara tradisional dan juga melobe (menggunakan petromaks pada malam hari). (Fallentinus Mas) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar